Menurut Sato, meski selama ini lembaga yang dipimpinnya lebih mengakomodir pertukaran pelajar untuk bidang pendidikan dan budaya, AFS tidak menutup pintu untuk pengiriman pemain dengan latar belakang bakat sepakbola.
“Lembaga kami memang lebih sering melakukan mengirim pelajar untuk bersekolah atau memperdalam budaya negara lain. Tapi saya kira, sepakbola juga sebuah budaya dalam bentuk yang lain,” ujar Sato sambil menawarkan pelaksanan program pengiriman siswa berbakat dari Liga Pendidikan Indonesia ke negaranya, Jepang.
Sementara itu, wartawan yang hadir dalam pertemuan yang digagas kepanitiaan nasional Liga Pendidikan Indonesia mengusulkan agar guru-guru olahraga yang kebanyakan merangkap sebagai pelatih sepakbola tim sekolahnya di liga pendidikan diberi kesempatan seperti halnya pemain.
“Itu saran yang bagus, saya kira usul itu harus dibicarakan lagi di pertemuan lanjutan nanti,” tegas ketua Liga Pendidikan Indonesia, Profesor Toho Colik Mutohir, sambil berharap tahun depan usulan tersebut bisa diwujudkan.
Sekretaris eksekutif Liga Pendidikan Indonesia, Faisal Royani yang menggagas pertemuan dengan delegasi AFS Asia Pasifik berharap, jika pengiriman guru olahraga untuk menimba ilmu di sekolah-sekolah di Jepang yang lebih maju, semakin menambah rangkaian program inovatif dari liga pendidikan.
“Setelah pertemuan ini kami akan bertemu lagi dengan Sato untuk membahas hal teknis mengenai rencana pengiriman guru-guru olahraga ini. Tapi yang utama kami tetap mengedepankan pengiriman siswa yang berbakat sepakbola, selain sekolah juga menambah ilmu sepakbola mereka,” kata Faisal sambil menambahkan, setelah menggandeng Yayasan Bina Antarbudaya, kerjasama berdasarkan Memorandum of Understanding (MoU) sangat terbuka dilakukan dengan AFS wilayah Asia PAsifik yang lebih luas akses internasionalnya.
“Meski ada rencana baru mengirim guru olahraga menimba ilmu ke luar negeri, kami tetap memprioritaskan pengiriman pemain bertalenta dari liga pendidikan. Ini sebuah upaya untuk memaksimalkan hasil dari pembinaan usia muda yang dilakukan secara integrated dan tidak parsial. Hasilnya adalah membentuk bakat pesepakbola yang cerdas dan berkarakter untuk bisa bersaing ke tim nasional,” urai Faisal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar