Sanksi atau hukuman yang dijatuhkan Komdis PSSI terhadap jajaran wasit yang sudah melanggar etika dengan bertugas pada kegiatan sepakbola yang tidak diakui oleh PSSI ini adalah, mencabut sertifikat atau lisensi sebagai wasit nasional C-1, serta C-2 dan C-3. Mereka juga diputuskan tidak boleh melakukan aktifitas dalam kompetisi sepakbola di bawah naungan PSSI selama seumur hidup.
Jajaran perangkat pertandingan, seperti wasit, dua asisten wasit, serta wasit cadangan dan pengawas pertandingan yang bertugas di LPI seluruhnya berasal dari koprs perwasitan PSSI. Walau demikian, sebagian dari mereka ada yang sudah memasuki usia pensiun, sebagian lagi adalah wasit-wasit yang berulangkali tidak lulus dari kursus-kursus perwasitan yang diikutinya, atau wasit yang pernah menjalani sanksi dari PSSI.
"Bagaimana mereka mengklaim pertandingannya profesional kalau yang memimpin pertandingan itu sendiri adalah wasit yang sudah kita cabut sertifikatnya? Mereka membodohi masyarakat saja. Pecinta sepakbola nasional sudah cerdas untuk memahami hal ini," tegas Bambang Irianto, Direktur Perwasitan PSSI, Selasa (15/2)..
Dalam konteks itu, Bambang Irianto memberikan pujian dan apresiasinya terhadap perangkat pertandingan yang tidak tegiur oleh iming-iming LPI, dengan tetap bersikap loyal pada PSSI. Dia menyebut dua nama wasit ISL dari Malang, Djunaedi Effendi dan Sigit, serta tiga wasit Divisi Utama, Suwandi, Iwan Sukoco dan Joni.
"Mereka memutuskan pindah ke Pengcab kabupaten Malang, karena tak ingin terlibat dalam kegiatan Persema Malang yang sudah dicoret dari keanggotaan PSSI," jelas Bambang Irianto.
Bambang Irianto menjelaskan, masih jauh lebih banyak perangkat pertandingan yang tetap loyal pada PSSI, dan siap untuk menunggu penugasan dari PT Liga Indonesia dan Badan Liga Sepakbola Amatir Indonesia (BLAI) PSSI, sebagai user dari korps wasit di bawah naungan Direktorat Perwasitan PSSI.
Sementara, mereka yang disinyalir berpaling ke LPI, sudah pasti tidak akan dipakai lagi untuk memimpin pertandingan kompetisi Liga Super Indonesia (ISL), Divisi Utama serta kompetisi-kompetisi liga amatir yang dinaungi oleh BLAI PSSI, mereka juga direkomendasikan untuk diberikan sanksi oleh Komdis PSSI.
PSSI sendiri sudah mendapat "lampu hijau" dari FIFA untuk menjatuhkan sanksi atau hukuman terhadap seluruh komponen sepakbola yang terlibat dalam LPI. FIFA secara terbuka sudah memberikan cap "ilegal" kepada LPI, kegiatan yang didanai oleh Arifin Panigoro yang tampaknya dijadikan alat untuk pencalonannya sebagai ketua umum PSSI 2-11-2015. Sanksi itu akan dijatuhkan kepada wasit, pelatih, pemain, serta mereka yang secara langsung terlibat dalam proses kegiatan LPI, termasuk dalam upaya mendatangkan pelatih dan pemain asing yang diduga dengan menyalah-gunakan prosedur standar kerja dan izin tinggal.
Pada akhir Januari lalu PSSI juga secara resmi sudah mengirim surat kepada FIFA mengenai pencabutan rekomendasi terhadap pelatih dan pemain asing yang kedatangannya ke Indonesia berdasarkan mekanisme yang ditetapkan FIFA, namun kini sudah bermain di LPI. Daftar nama pelatih dan pemain asing dengan perilaku tidak terpuji itu sudah disampaikan ke FIFA. Laporan yang sama juga disampaikan ke Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, agar instansi ini segera mengambil tindakan yang diperlukan, yakni mendeportasi mereka secara paksa.
Berikut daftar nama perangkat pertandingan yang sudah dicabut sertifikatnya dan tidak diperkenankan beraktivitas dalam kompetisi PSSI seumur hidup:
PP : Mujito (Surabaya), Ali (Magelang), Setyo Waluyo (Jakaarta), Ahmadi (Semarang), Karyanto Suyono (Jakarta), Ahmadi (Semarang), Abdul Syukur (Surabaya), Madenuh (Semarang), Tukimin, Ahamdi (Semarang), Ali Mustafa (Bali)
Wasit : Fiator Ambarita (Bandung), Mukhlis Ali Fathoni (Kendal), Taufiq (Bali), Winarno Bachtiar (Mojokerto), Suryadi (DKI), R.A Mas Agus (Surabaya), A. Sukamdi (Nganjuk), Rudiyansah (Tangerang), Muklisin (Semarang), Agus Winardi (Malang), Khalid (Aceh), Sunaryo Joko (Jember), Akhyar (Pasuruan)
Asisten wasit : Sukri AR (Aceh), Nurhasan (Jakarta), Tavip Dwi (DIY), Agus Margunaji (Sleman), Waskito Bekti (Semarang), I Made Mudite (Bali), Azis (Mojokerto), Bahrudin (Magelang), Muhadi (Langsa), Odik (Bekasi), Edi Suprapto (Gresik), Samsul Huda (Mojokerto), Suwarto (Solo), Fatirohman (Banjarnegara), Suroso (Tulungagung), Haris, Deni (Solo), Dede Sarifudin (Jakarta), Mapram (Makassar), Ferianto (Medan), Johanis Joni (Manado), Sopuan (Semarang), Catur, Odik, Sony Alesandro (Semarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar