Sabtu, 12 Februari 2011

Icuk : Tidak Mudah Jadi Ketum PSSI

as_logo_pssi.gif Salah satu atlet terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, Icuk Sugiarto, mengemukakan harapannya agar Ketua Umum PSSI mendatang berasal dari kalangan olahraga, terutama figur yang benar-benar menyukai sepakbola. Hal ini sejalan dengan tantangan besar yang dihadapi persepakbolaan nasional, yakni percepatan kemandirian dan dan profesionalisme klub-klub seiring dengan semakin besarnya tuntutan larangan pemakaian dana APBD.

"Menjadi Ketua Umum PSSI itu bukan perkara mudah, mengingat persoalan yang dihadapi persepakbolaa nasional sangat kompleks," kata Icuk Sugiarto, yang ditemui seusai mengikuti seminar "Peran Agen Pemain Asing Dalam Perkembangan Sepakbola Profesional Indonesia", Kamis (10/2) di Hotel Atlet Century Park, Senayan.

Icuk Sugiarto yang merupakan juara dunia bulutangkis 1983 mengakui bahwa sebagai mantan olahragawan dia terdorong untuk care atau peduli terhadap permasalahan olahraga nasional, tak terkecuali sepakbola yang penggemarnya jauh lebih besar dibanding bulutangkis, walau prestasi cabang bulutangkis secara umum jauh di atas sepakbola.

"Saya mengikuti perkembangan pemberitaan sepakbola sejak lama, bukan karena sekarang ini lagi ramai-ramai menjelang pergantian pengurus," ujar ayah kandung dari pebulutangkis nasional Tommy Sugiarto itu.

Menurut Icuk, terkait dengan pemilihan ketua umum PSSI periode 2011-2015, ia lebih setuju jika kriteria figur ketua umum itu adalah dari kalangan olahraga dan memiliki kemampuan manajerial yang baik.

"Sudah bukan zamannya lagi kalau ketua umum suatu cabang olahraga di drop dari atas," tegas Icuk.

Ada empat nama bakal calon ketua umum PSSI 2011-2015 ini, yakni Nurdin Halid, Nirwan Dermawan Bakrie, George Toisutta, dan Arifin Panigoro. Keempat nama ini masih menjalani proses verifikasi, dan jika lolos maka sah untuk diajukan sebagai calon atau kandidat ketua umum melalui Kongres Luar Biasa PSSI pada 19 Maret mendatang di Bintan, Kepulauan Riau.

Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie adalah ketua umum dan wakil ketua umum PSSI pada kepengurusan 2003-2007 dan 2007-2011. Sementara, George Toisutta saat ini masih memangku jabatan KSAD disamping menjadi ketua umum PB PJSI, sedangkan Arifin Panigoro saat ini juga masih menjabat sebagai ketua umum PB PGI.

Sependapat dengan Icuk, Ketua Badan Pengurus Setara Institue for Democracy and Peace Hendardi menyarankan para pejabat negara tidak perlu lagi mengurus berbagai organisasi olahraga karena pengalaman membuktikan prestasi olahraga yang dikendalikan pejabat tidak ada yang bisa dibanggakan.

"Memang setiap orang punya hak mencalonkan diri menjadi pimpinan di berbagai organisasi olahraga. Tapi juga harus dilihat bahwa selama ini organisasi olahraga yang dipimpin pejabat negara tidak ada yang bisa dibanggakan prestasinya," ujarnya di Jakarta, Kamis, seperti dikutip sebuah kantor berita.

Menurut dia, sebaiknya para pejabat negara atau publik itu fokus saja dengan tugas utamanya mengurus negara ini dan tidak perlu lagi memecah konsentrasinya dengan mencoba merambah ke bidang-bidang lainnya seperti memimpin organisasi olah raga.

Jadi, ia menambahkan, sebaiknya tugas membesarkan dunia olahraga Indonesia diserahkan saja kepada para profesional yang mempunyai pengalaman dan rekam jejak jelas di bidang keolahragaan.

Apalagi saat ini dunia olahraga Indonesia sudah banyak terkontaminasi oleh kepentingan bisnis dan politik, sehingga apabila organisasi induk satu cabang olahraga dipimpin figur yang tidak tepat, maka pasti prestasi olahraga itu semakin terpuruk.

"Karenanya PSSI mendatang sebaiknya diserahkan saja kepada kalangan profesional yang sudah teruji kemampuan leadership dan rekam jejaknya dalam membangun dunia olah raga Indonesia," ujarnya.

Secara terpisah pengamat politik UI Arbi Sanit mengatakan, figur ketua umum PSSI periode 2011-2015 seharusnya sosok yang selama ini punya pengalaman berkecimpung di dunia olahraga dan yang bersangkutan juga harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik.

Dengan bekal kemampuan manajerial itulah, ketua umum PSSI nantinya bisa menyatukan berbagai perbedaan dan kepentingan yang adan di organisasi yang dipimpinnya.

"Sekarang ini dunia olahraga kita sudah banyak terkontaminasi dengan kepentingan bisnis dan politik. Karenanya PSSI ke depan membutuhkan figur yang selain berpengalaman, memiliki kemampuan manajerial, juga harus bisa dipercaya," katanya.

Arbi menilai kondisi olah raga Indonesia yang jauh dari harapan masyarakat juga merupakan kegagalan proses pembinaan dan pencapaian prestasi. Hal tersebut juga menjadi bukti bahwa rekam jejak para pejabat publik yang merangkap sebagai pimpinan di organisasi satu cabang olah raga tidak ada yang bisa dibanggakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar