Pemberitaan beberapa situs online dan media cetak pada Kamis dan Jumat (3-4/2) yang menyebutkan adanya pengurus PSSI yang diindikasikan menerima dana dari mantan manajer Persisam Samarinda Aidil Fitri, bisa menyesatkan dan menimbulkan ketidak-percayaan publik dan kkhususnya komunitas sepakbola nasional.
PSSI merespon positif proses persidangan dari kasus penyimpangan dana APBD milik Persisam tahun 2007 dan 2008 yang melibatkan mantan manajer Persisam Aidil Fitri tersebut, yang mendapat vonis satu tahun penjara, pada Rabu (2/2) di Pengadilam Negeri Samarinda, Kaltim.
Namun, bertalian dengan adanya fakta dalam persidangan mengenai adanya beberapa nama dari kepengurusan PSSI yang disebut-sebut menerima bagian dari dana tersebut, perlu diberikan penjelasan sekaligus sebagai pertanggung-jawaban kepada publik.
Dalam pemberitaan disebutkan adanya kucuran dana sebesar Rp 100 juta yang diterima oleh Ketua Umum PSSI Nurdin Halid, kemudian Rp 25 juta untuk Deputi Sekjen Bidang Organisasi Hamka B Kadi, dan Rp 600 juta untuk Iwan Budianto, yang dalam pemberitaan media disebutkan sebagai Ketua Badan Liga Sepakbola Amatir Indonesia (BLAI) PSSI.
Sehubungan dengan fakta dari persidangan itu perlu dijelaskan bahwa sangat tidak tepat jika hal tersebut disangkut-pautkan dalam subtansi penyimpangan dana APBD milik Persisam Samarinda. Dana Rp 100 juta yang disebut-sebut diberikan kepada Ketua Umum PSSI, pada kenyataannya adalah dana yang disumbangkan Aidil Fitri untuk bantuan operasional timnas saat itu. Ketua Umum PSSI sendiri sama sekali tidak pernah melihat atau bahkan menerima dana tersebut, walau memang dilapori bahwa manajer Persisam Samarinda itu telah memberikan donasi untuk tambahan kebutuhan timnas.
Mengenai pemberian dana Rp 25 juta untuk Deputi Sekjen PSSI Bidang Organisasi Hamka B Kady, perlu diluruskan bahwa dana tersebut merupakan donasi pribadi Aidil Fitri. Tentang donasi tersebut, Hamka B Kadi menyatakan bahwa dia memang pernah diberikan uang oleh Aidil Fitri sebagai bantuan pribadi untuk acara pernikahan putrinya. "Terus terang saja waktu itu saya lupa besarnya, dan tentu saja saya tak sampai bertanya asal-usul uangnya," jelas Hamka B Kadi. "Kalau waktu itu dia bilang bnahwa uangnya hasil korupsinya di Persisam, tentu saja saya tolak," imbuh Hamka B Kadi.
IWAN BUDIANTO
Tentang fakta mengenai adanya dana Rp 600 juta untuk Iwan Budianto, perlu disampaikan bahwa sangat tidak tepat pula bila disebutkan bahwa dana itu merupakan bagian dari upaya penyimpangan dana APBD yang dilakukan oleh Aidil Fitri. Patut diketahui bahwa Iwan Budianto adalah figur yang berjasa dalam mengantar Persisam Samarinda meraih prestasi menjuarai kompetisi Divisi Utama 2008 sehingga pada musim kompetisi 2009-2010 tampil di Divisi Utama.
Iwan Budianto adalah sosok penting dari kesuksesan yang diraih oleh Persisam Samarinda tersebut. Dia memang direkrut oleh Aidil Fitri untuk mengendalikan perjalanan Persisam Samarinda dengan target merebut tiket ke Liga Super. Keberadaan Iwan Budianto di Persisam Samarinda murni sebagai tenaga profesional, dan sejak awal kepadanya memang dijanjikan pembayaran yang memadai. Tentu saja Iwan Budianto sama sekali tidak mengetahui jika dana yang pernah diterimanya dari hasil kerja keras profesionalismenya di Persisam tersebut belakangan disebut-sebut sebagai bagian dana APBD yang disalah-gunakan oleh Aidil Fitri.
Menurut keterangan Iwan Budianto, jika diperhitungkan, keseluruhan dana yang diterimanya dari hasil kerja keras profesionalnya berdasarkan kontrakdi Persisam Samarinda sebenarnya jauh lebih besar dari kisaran Rp 600 juta seperti yang diterakan dari fakta di persidangan.
Terkait dengan penyebutan namanya dalam kasus penyalahgunaan dana APBD Persisam oleh Aidil Fitri itu, Iwan Budianto juga menyesalkan tidak adanya konfirmasi dari media untuk klarifikasi atau kebenaran pemberitaan tersebut. Jika saja konfirmasi tersebut dilakukan, menurut Iwan Budianto, tidak mungkin pula ada kesalahan penyebutan dirinya sebagai ketua BLAI PSSI, seperti yang dimuat sebuah media olahraga harian edisi Jumat (4/2).
"Penambahan penyebutan diri saya selaku ketua BLAI PSSI sangat keliru dan sama sekali tidak menguntungkan untuk BLAI PSSI. Patut diingatkan bahwa ketika menangani Persisam Samarinda itu saya belum menjadi ketua BLAI PSSI. Jabatan ketua BLAI PSSI baru saya emban setelah saya melepas posisi manajer tim di Persisam Samarinda," tutur Iwan Budianto.
Sehubungan dengan merebaknya pemberitaan yang menyudutkan dirinya dari kasus penyimpangan dana APBD Persisam tahun 2007-2008 yang dilakukan oleh Aidil Fitri tersebut, Iwan Budianto merasa perlu memberikan penjelasan panjang lebar.Dia menguraikan kronologis keberadaannya bersama Persisam Samarinda.
Iwan Budianto menceritakan, awal mula keterkaitannya dengan Persisam Samarinda adalah sekitar bulan Agustus 2008 saat dia tengah tidak aktif di dunia sepakbola menyusul kegagalannya pada Pemilukada Kota Kediri.
Hal ini disebabkan pada saat mempersiapkan diri menghadapi Pemikuda Kota Kediri itu, Iwan Budianto sudah melepaskan kedudukannya yang cukup tinggi di PSSI, yaitu sebagai anggota Komite Eksekutive (Exco). Jabatan anggota Exco yang diembannya dari hasil Munas PSSI tahun 2007 di Makassar, dilepasnya pada Maret 2008. Waktu itu, Ketua Umum PSSI Nurdin Halid memang menegaskan tidak boleh ada perangkapan jabatan dari anggota Exco, baik dengan badan-badan atau klub. Iwan Budianto yang kala itu masih menjadi manajer Persik Kediri, memutuskan untuk berkonsentrasi menangani Persik Kediri saja dan melepaskan kedudukannya sebagai Exco PSSI, apalagi waktu itu dia dalam masa persiapan menuju Pemilukada Kota Kediri.
Iwan Budianto menuturkan, pertemuannya dengan Aidil Fitri terjadi ketika sama-sama menyaksikan pertandingan timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Saat itu Aidil Fitri memang tengah membutuhkan seorang manajer klub berpengalaman yang mampu membangkitkan prestasi Persisam Samarinda yang tengah terpuruk di klasemen kompetisi Divisi Utama 2008. Aidil Fitri sudah sangat memahami reputasi Iwan Budianto, yang telah sukses mengantar Persik Kediri sebagai juiara kompetisi Divisi I tahun 2002, kemudian juara Liga Indonesia 2003 dan 2006, serta dua kali merebut Piala Gubernur Jatim.
Saat itu, kata Iwan Budianto, Aidil Fitri memintanya untuk menangani Persisam Samarinda dengan iming-iming kontrak Rp 300 juta dan gaji bulanan Rp 25 juta. Disamping itu, Aidil Fitri juga menjanjikan beberapa item pendapatan lainnya, seperti bonus kemenangan, biaya perjalanan, dan sebagainya. Faktanya, Iwan Budianto menerima pinangan Aidil Fitri, pada September 2008. Iwan Budianto bekerja keras sebagai profesional dengan komitmen bahwa terkait dengan jabatannya itu dia tidak boleh berbicara kepada pers. "Saya dikontrak sebagai direktur teknik yang membantu peran manajer tim, tetapi yang berbicara ke pers ya hanya Aidil. Perkembangan mengenai rekrutmen saya dan kinerja saya di Persisam ini dapat diikuti pula pada berita di media yang terbit pada saat itu," jelas Iwan.
Sukses menangani Persisam dengan mengantarnya ke kompetisi Liga Super, dalam rentang waktu antara September 2008 hingga Februari 2009, Iwan Budianto kemudian ditawari kontrak sebesar Rp 900 juta untuk menangani Persisam Samarinda di kompetisi Liga Super 2009-2010. Namun, Iwan Budianto tak meneruskan jabatannya hingga tuntas karena dia kemudian diminta menjadi ketua BLAI PSSI, pada Agustus 2009. "Waktu itu kan tetap tak boleh merangkap jabatan sebagai ketua badan dan manajer klub. Saya memutuskan memilih BLAI PSSI," jelas Iwan Budianto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar